Hoi An

24.2.15

Setelah 11 jam di dalam bus (untungnya menggunakan sleeping bus), seluruh penumpang diturunkan di sebuah lapangan parkir besar yang sepertinya terminal bus Hoi An. Jalan kaki dari tempat kita diturunkan untuk sampai ke penginapan sekitar 30 menit menggunakan google maps. Penginapan ini bernama Nha Lan homestay. Pemiliknya ramah banget dan baik. Istri sang pemilik walaupun sudah berumur tetap berusaha melayani kita dengan keterbatasannya padahal ia hanya belajar bahasa Inggris sampai umur 12 tahun. Harga penginapan sekitar 350.000 rupiah.

Suasana kamar di Nha Lan Homestay.
Hoi An map dari Nha Lan Homestay.

Aku dan Devi memutuskan untuk berkeliling Hoi An dengan berjalan kaki. 


Pangkalan becak karena warnanya senada jadi terlihat rapi.

Sepanjang jalan yang kita lihat bangunan dengan dominasi warna kuning, toko-toko, dan lampion.






Waktu lagi asik foto-foto, kita berpapasan dengan seorang ibu-ibu tukang buah keliling yang membawa pikulan buah-buahan (rambutan, mangga, jeruk kecil, dan pisang). Ia  menawarkan kita untuk foto menggunakan peralatannya. Terlena dengan kebaikan pemilik hotel, tanpa curiga kita senang-senang saja ditawarin foto ala-ala pedagang buah lokal. Setelah itu ia membungkus buah-buahan berisi rambutan 5 buah, jeruk kecil 5 buah, dan pisang 3 buah yang ternyata harus kita bayar dengan harga 100.000VND *modus* (kalau dirupiahkan sekitar 65000).

Ibu-ibu tukang buah keliling.
Poseku.

Merasa tertipu tukang buah (padahal sendirinya juga ga nanya dulu), untuk mengembalikan mood kita makan di Balle Well. Maaf untuk ini makanannya non-halal karena isinya pork. Porsinya lumayan banyak jadi kita bagi dua. Maaf lagi, tapi ini enak banget. The most delicious food ever selama trip & jadi makanan termahal kita.

Lokasinya masuk gang, makannya di pinggir jalan kayak kaki lima. Tapi rasa bintang lima.
Cara menyantap makanan super yummy ini diajarin sama mbak nya.

Perut kenyang hati senang, kita pun melanjutkan perjalanan keliling Hoi An sampai ke sekitar jalan Bach Dang. Disini banyak banget toko-toko pernak pernik lucu, seperti keramik-keramik, souvenir, dll.


Keramik-keramik lucu.

"Sorry, you are not allowed to take picture." Tapi udah kecaptured.. hehe

Kerajinan lampion.

Ada pula toko bernama Tohe. Barang-barang yang dijual menggunakan design hasil artwork yang dibuat oleh anak-anak Viet Nam yang kurang beruntung. Keuntungan hasil penjualannya ditujukan untuk program beasiswa dan juga kelas kreatif bagi anak-anak tersebut. 


Gemesin kan.
 



Sungai di pinggir jalan Bach Dang.
The ancient town.


Jalan kaki sampai malam hari menyenangkan karena disini kita bisa foto-foto. Sore hari lampionnya mulai dinyalakan jadi malam harinya hampir sepanjang jalan banyak lampion menyala. Tangan dan hati yang ga bisa berhenti foto diperkirakan bisa mengumpulkan stock foto lampion untuk ucapan Chinese New Year sampai tahun 2050 *kata Devi :))

Efek kesenengan lihat lampion warna warni banyak banget, bagus,dan aku terkagum-kagum.



Menuju Japanese Covered Bridge.

Ketemu cafe lucu namanya Coco Box, enak banget buat duduk-duduk santai.
Interior dalam Coco Box.
Mereka berdua adalah ownernya.

Sebenarnya kalau ada waktu lebih kita bisa mengunjungi beberapa old house, Tran Family's Chapel, dan beberapa assembly hall disini. Oh ya, tanpa disengaja kita ketemu Japanese Covered Bridge yang jadi salah satu destinasi tujuan orang-orang yang datang ke Hoi An. 



Pemandangan dari Japanese Covered Bridge.





Hoi An menjadi destinasi favorit dari trip Viet Nam ini. Ga rela ninggalin Hoi An karena kota ini lovable.

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images

Instagram